JANGANLAH BERSEDIH BERTAWAKALLAH
Posted by Admin | | Posted on 01.47
Setiap orang hidup di dunia ini pasti menjalani kehidupan yang berliku-liku. Kadangkala senang ketika mendapatkan sesuatu, sedih ketika dirundung masalah, dan susah karena banyak pekerjaan. Di dunia ini setiap orang pasti menginginkan kesenangan. Apalagi bagi orang yang kaya, memang banyak kesenangan yang mereka rasakan, tetapi APAKAH MEREKA BISA BERSYUKUR?? Apabila sudah bersyukur APAKAH MEREKA BERSHADAQAH?? Setelah itu APAKAH MEREKA IKHLAS DALAM BERSHADAQAH??. Pastilah sulit untuk melaksanakanya. Tetapi sebagian orang bisa melaksankanya.
Sedangkan orang miskin kebanyakan merasakan kesedihan, kesusahan, kesengsaraan, selalu di cemoohi, selalu dihinia, selalu di bohongi, dan selalu di kucilkan. Mereka selalu bersedih, dimanapun mereka berada meratapi kehidupan ini. Tetapi dibalik itu mereka bisa merasakan BAGAIMANA RASANYA BERSABAR. Bersabar akan bagaimana kehidupanya?? Bagaimana kita makan besok?? Bagaimana cara mencari uang?? Bagaimana kita dapat menyenangkan hati keluarga?? (Janganlah bersedih bertawakallah)
Bertawakkal artinya berpasrah diri kepada Allah setelah melakukan upaya-upaya secara maksimal. Kita hidup di dunia jika menginginkan sesuatu maka ia harus berusaha untuk menggapainya. Meski demikian, usaha kita tidak sepenuhnya menentukan, karena banyak faktor lain yang ikut bermain, misalnya faktor kebetulan, faktor yang dipercaya sebagai keberuntungan, faktor doa dan sebagainya. Orang yang menyombongkan keberhasilannya sebagai usaha sendiri termasuk orang yang buruk akhlaknya terhadap Allah, dan bahkan bisa terperangkap ke dalam syirk khofiy. Seorang yang bertawakkal kepada Allah adalah orang yang bekerja keras untuk menggapai apa yang diinginkannya dengan mengikuti prosedur yang wajar (menggunakan management usaha), tetapi ia tetap meyakini bahwa keberhasilan usahanya ditentukan oleh Allah Yang Maha Pengatur. Ia yakin betul bahwa upaya dan kekuatan itu tidak efektif tanpa izin Allah, la hauls wala quwwata ills billah al'Aliy al 'Aziem.Ada sebuah kisah bahwa ada seseorang baru datang dari luar kota menemui Rasulullah. Beliau menanyakan apakah ontanya diikat (di parkir secara benar dan dikunci). Orang itu menjawab: Tidak ya Rasulullah, saya tawakkal saja kepada Allah. Rasul lalu menegurnya; (jangan begitu), ikat dulu untamu secara benar, baru engkau bertawakkal kepada Allah. Dari hadis itu dapat difahami bahwa kepercayaan kepada Allah sebagai Yang Maha Kuasa , Maha Pengatur dan Maha Penentu tidak mengurangi professionalitas dan rasionalitas usaha.
Jadi bertawakallah dengan usaha yang keras yang disertai dengan doa. Setelah itu barullah pasrahkan semua kepada Alah. Semoga kita selalu menjadi orang yang bertawakal untuk menjalani kehidupan ini. AMIN..
Comments (0)
Posting Komentar