West Europe Trip 2010 (3): Volendam, Edam, Den Haag
Posted by Admin | | Posted on 19.52
West Europe Trip 2010 (3): Volendam, Edam, Den Haag
Dari Keukenhof kami menuju ke destinasi selanjutnya, yaitu Volendam dan Edam. Kembali kami menyusuri rute ketika pergi, yaitu lewat Schipol dan Amsterdam Central. Dari Amsterdam Central naik bus Arriva, tarifnya 7,5 Euro pulang pergi.
Ini salah satu hal yang menyenangkan tentang bepergian di Amsterdam dan sekitarnya. Mereka memiliki rute bus yang lengkap dengan jadwal yang tepat. Selain itu, orangnya ramah-ramah dan bisa berbahasa Inggris. Kita bisa bertanya di pusat informasi ataupun bertanya langsung pada supir bus untuk mendapatkan informasi yang kita perlukan. Sebagian besar orang yang kami temui dalam trip di Amsterdam dan sekitarnya ini sangat helpful. Kalau beruntung bisa mendapatkan supir bus wanita / Dutch lady yang cantik dan ramah.
Volendam adalah daerah pelabuhan tua, merupakan salah satu tujuan wisata populer di Belanda, salah satunya karena di sini masih sering ditemui wanita-wanita yang mengenakan pakaian tradisional Belanda. Inget susu cap nona (Dutch Lady)? Yah begitulah modelnya… dan di sini pula para turis dapat berfoto ala Dutch Lady, di sepanjang jalan di sisi pelabuhan terdapat banyak studio foto yang menyediakan jasa tersebut.
Tiba di sini sudah lewat pukul 15.00. Aku merasa lapar sekali karena belum makan siang. Teman-teman langsung napsu mencari tempat foto Dutch Lady, tapi yang ada di otakku hanya makan, makan, dan makan. Apalagi berjejeran café/restoran yang menawarkan hidangan dari laut dan tentu saja, bir dingin. Bir yang terkenal di sini adalah Heineken dan Amstel Bier. Melihat orang-orang duduk di café menghadap laut bagaikan magnet yang menarik aku untuk bergabung. Aku pun menclok bersama dua teman (yang sama-sama gak mau foto) di sebuah café. Siang itu lunch Fish and Chips dan Heineken. Total sekitar 16 Euro.
Suasana salah satu cafe di Volendam
Salah satu toko yang menawarkan foto ala Dutch Lady. Tarif sekitar 13 Euro per person. Kalau fotonya in group bisa lebih murah, kan dibagi-bagi.
My Lunch... yummy ya...
Jajanan dari seafood di pinggir laut.
Dari Volendam kami terus ke Edam, kota kembar yang bersebelahan dengannya. Sebenarnya bisa saja ditempuh dengan jalan kaki, namun bus Arriva yang tadi kami tumpangi juga lewat Edam, jadi tiket (yang berlaku satu hari) masih bisa digunakan untuk naik bis.
Edam terkenal dengan Edam Cheese, di sini ada Cheese Market. Sayangnya, ketika kami tiba di sana, sudah sore. Pasar sudah tutup. Namun kami senang menjelajah jalan-jalan cantik di Edam. Ada sebuah gereja tua, serta semua rumahnya cantik-cantik. “Seperti rumah Barbie” kata teman-teman.
Sebuah majalah yang saya baca menyebut orang-orang Belanda house-proud, karena bahkan pada malam hari mereka tidak menutup gorden rumahnya. Mereka ingin orang-orang yang lewat melihat ke dalam isi rumahnya. Hal ini pun tampak dari jendela-jendela mereka, di mana kusen-kusen selalu berhiaskan bunga, ataupun dekorasi kecil-kecil lainnya yang terlihat dari luar rumah. Melewati jalan-jalan kecil di Edam (dan Volendam juga) sangat menyenangkan, melongok ke dalam rumah-rumah yang terkesan homey… Bagaikan rumah nenek yang hangat…
Dari Edam kami kembali lagi ke Volendam, berencana hendak menyeberang ke Marken, sebuah kota pelabuhan di seberang Volendam. Sayangnya, perahu-perahu yang berangkat ke Marken hanya sampai jam 18.00. Kami telat beberapa menit saja. Hiks.
Akhirnya, kami pun kembali ke Amsterdam Central. Malam itu kami akan berangkat ke kota Den Haag, sekitar 40 menit dari Amsterdam. Mengapa ke Den Haag, karena di sini ada seorang teman yang menawarkan tempat menginap gratis untuk kami semua. Ya, kami bersepuluh!
Tiket kereta dari Amsterdam ke Den Haag tarifnya 19,40 Euro. Setiba di stasiun kereta Den Haag kami disambut oleh teman kami yang baik itu, seorang Indonesia yang bekerja di sana.
Suasana homey seperti yang kami longok dari luar rumah itu kini dapat kami rasakan langsung. Kehangatan seorang teman lama yang menyambut kami bagaikan anak-anaknya sendiri, yang pulang dari negeri yang jauh. Baru dua hari di Eropa, rasanya udah kangen sekali makanan Indonesia. Kami disuguhi banyak sekali makanan malam itu. Yang saya ingat banget adalah soto dan tekwan yang enaksss sekali serta tahu tempe yang beda dengan yang ada di Indonesia. Nyam-nyam-nyam… gak pake malu-malu lagi, semua makan dengan lahap.
Terjadi obrolan yang seru dengan tuan rumah meskipun kami semua sudah lelah jalan-jalan sepanjang hari. Setelah itu semua tertidur dengan pulas dibungkus udara malam kota Den Haag.
Dari Keukenhof kami menuju ke destinasi selanjutnya, yaitu Volendam dan Edam. Kembali kami menyusuri rute ketika pergi, yaitu lewat Schipol dan Amsterdam Central. Dari Amsterdam Central naik bus Arriva, tarifnya 7,5 Euro pulang pergi.
Ini salah satu hal yang menyenangkan tentang bepergian di Amsterdam dan sekitarnya. Mereka memiliki rute bus yang lengkap dengan jadwal yang tepat. Selain itu, orangnya ramah-ramah dan bisa berbahasa Inggris. Kita bisa bertanya di pusat informasi ataupun bertanya langsung pada supir bus untuk mendapatkan informasi yang kita perlukan. Sebagian besar orang yang kami temui dalam trip di Amsterdam dan sekitarnya ini sangat helpful. Kalau beruntung bisa mendapatkan supir bus wanita / Dutch lady yang cantik dan ramah.
Volendam adalah daerah pelabuhan tua, merupakan salah satu tujuan wisata populer di Belanda, salah satunya karena di sini masih sering ditemui wanita-wanita yang mengenakan pakaian tradisional Belanda. Inget susu cap nona (Dutch Lady)? Yah begitulah modelnya… dan di sini pula para turis dapat berfoto ala Dutch Lady, di sepanjang jalan di sisi pelabuhan terdapat banyak studio foto yang menyediakan jasa tersebut.
Tiba di sini sudah lewat pukul 15.00. Aku merasa lapar sekali karena belum makan siang. Teman-teman langsung napsu mencari tempat foto Dutch Lady, tapi yang ada di otakku hanya makan, makan, dan makan. Apalagi berjejeran café/restoran yang menawarkan hidangan dari laut dan tentu saja, bir dingin. Bir yang terkenal di sini adalah Heineken dan Amstel Bier. Melihat orang-orang duduk di café menghadap laut bagaikan magnet yang menarik aku untuk bergabung. Aku pun menclok bersama dua teman (yang sama-sama gak mau foto) di sebuah café. Siang itu lunch Fish and Chips dan Heineken. Total sekitar 16 Euro.
Suasana salah satu cafe di Volendam
Salah satu toko yang menawarkan foto ala Dutch Lady. Tarif sekitar 13 Euro per person. Kalau fotonya in group bisa lebih murah, kan dibagi-bagi.
My Lunch... yummy ya...
Jajanan dari seafood di pinggir laut.
Dari Volendam kami terus ke Edam, kota kembar yang bersebelahan dengannya. Sebenarnya bisa saja ditempuh dengan jalan kaki, namun bus Arriva yang tadi kami tumpangi juga lewat Edam, jadi tiket (yang berlaku satu hari) masih bisa digunakan untuk naik bis.
Edam terkenal dengan Edam Cheese, di sini ada Cheese Market. Sayangnya, ketika kami tiba di sana, sudah sore. Pasar sudah tutup. Namun kami senang menjelajah jalan-jalan cantik di Edam. Ada sebuah gereja tua, serta semua rumahnya cantik-cantik. “Seperti rumah Barbie” kata teman-teman.
Sebuah majalah yang saya baca menyebut orang-orang Belanda house-proud, karena bahkan pada malam hari mereka tidak menutup gorden rumahnya. Mereka ingin orang-orang yang lewat melihat ke dalam isi rumahnya. Hal ini pun tampak dari jendela-jendela mereka, di mana kusen-kusen selalu berhiaskan bunga, ataupun dekorasi kecil-kecil lainnya yang terlihat dari luar rumah. Melewati jalan-jalan kecil di Edam (dan Volendam juga) sangat menyenangkan, melongok ke dalam rumah-rumah yang terkesan homey… Bagaikan rumah nenek yang hangat…
Dari Edam kami kembali lagi ke Volendam, berencana hendak menyeberang ke Marken, sebuah kota pelabuhan di seberang Volendam. Sayangnya, perahu-perahu yang berangkat ke Marken hanya sampai jam 18.00. Kami telat beberapa menit saja. Hiks.
Akhirnya, kami pun kembali ke Amsterdam Central. Malam itu kami akan berangkat ke kota Den Haag, sekitar 40 menit dari Amsterdam. Mengapa ke Den Haag, karena di sini ada seorang teman yang menawarkan tempat menginap gratis untuk kami semua. Ya, kami bersepuluh!
Tiket kereta dari Amsterdam ke Den Haag tarifnya 19,40 Euro. Setiba di stasiun kereta Den Haag kami disambut oleh teman kami yang baik itu, seorang Indonesia yang bekerja di sana.
Suasana homey seperti yang kami longok dari luar rumah itu kini dapat kami rasakan langsung. Kehangatan seorang teman lama yang menyambut kami bagaikan anak-anaknya sendiri, yang pulang dari negeri yang jauh. Baru dua hari di Eropa, rasanya udah kangen sekali makanan Indonesia. Kami disuguhi banyak sekali makanan malam itu. Yang saya ingat banget adalah soto dan tekwan yang enaksss sekali serta tahu tempe yang beda dengan yang ada di Indonesia. Nyam-nyam-nyam… gak pake malu-malu lagi, semua makan dengan lahap.
Terjadi obrolan yang seru dengan tuan rumah meskipun kami semua sudah lelah jalan-jalan sepanjang hari. Setelah itu semua tertidur dengan pulas dibungkus udara malam kota Den Haag.
Comments (0)
Posting Komentar