Hutan Aokigahara, Tempatnya Para Orang Yang Ingin Mengakhiri Hidupnya Dengan Cara Bunuh Diri Di Kaki Gunung Fuji Di Jepang
Posted by Admin | | Posted on 02.24
Hutan Aokigahara adalah sebuah hutan di kaki Gunung Fuji di Jepang yang juga disebut Laut Pohon. Ini adalah tempat paling populer untuk bunuh diri di seluruh Jepang.
Lebih dari 500 orang telah mengakhiri hidup mereka sendiri di Aokigahara sejak 1950-an. Kecenderungan ini diduga dimulai setelah Matsumoto Seicho menerbitkan novel Kuroi Kaiju (Laut Hitam Pohon) di mana dua karakter nya bunuh diri di sana.
Namun, hal berikut yang membuat hutan ini menyajikan suasana angker adalah di situlah tempat favorit untuk bunuh diri. Konon, tak sedikit mayat orang-orang yang bunuh diri di sana tak lagi ditemukan.
Ini Ada Kisah Orang Yang Mau Bunuh Diri Di Sana, Nyata
Seorang pria bernama T*** nyaris menjadi “penghuni baru” Aokigahara. Menjadi korban PHK (pemutusan hubungan kerja) di suatu pabrik baja, T*** merasa hidup tak lagi berarti. “Keinginan untuk hidup telah pupus,” kata T*** seperti dikutip stasiun televisi CNN. “Saya sudah kehilangan jati diri sehingga tak mau lagi berada di dunia ini.
Oleh karena itulah saya ke sana,” lanjut pria berusia 46 tahun itu, yang enggan menyebutkan nama lengkapnya. Sudah kehilangan pekerjaan, utang yang harus ditanggung T*** juga menumpuk. Dia pun diusir dari wisma milik perusahaan yang memecatnya. “Kita kan perlu uang untuk terus hidup. Kalau punya pacar, kita juga butuh uang, apalagi kalau sudah menikah. Pokoknya uang itu selalu penting seumur hidup,” kata T***.
Itulah sebabnya, suatu hari dia membeli tiket kereta dari Tokyo menuju kawasan hutan Aokigahara. Sesampai di sana, T*** tak ragu mengiris urat nadi di ujung pergelangan salah satu tangannya. Malang bagi T***, bunuh diri itu tak membuat dia langsung tewas.
Selama berhari-hari dia terkapar di semak-semak sambil menderita kelaparan, dehidrasi dan radang dingin (frostbite). Maut tak kunjung menjemput, malah nyawa T*** berhasil diselamatkan. Itu berkat seorang penjelajah (hiker) yang tak sengaja tersandung badan T*** ketika sedang menikmati perjalanan di hutan Aokigahara.
Kendati tak jadi mati, T*** bakal kehilangan sejumlah jari di kaki kanannya akibat menderita radang dingin. Tak jelas, sembari terbaring lemah di rumah sakit apakah T*** sesudah sembuh nanti akan tetap berusaha mengakhiri hidupnya atau malah kapok bunuh diri.
Kisah T*** itu membuktikan bahwa Hutan Aokigahara lagi-lagi dikunjungi oleh orang yang sudah merasa tak lagi punya harapan hidup. Tingkat bunuh diri tertinggi di Jepang justru berasal dari kawasan hutan itu, yang juga dikenal dengan sebutan “Lautan Pohon.”
Jepang sendiri sudah dikenal sebagai negara yang memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Dikhawatirkan, saat krisis keuangan global sudah menjarah ke Jepang, tingkat bunuh diri di Negeri Sakura itu bisa-bisa bertambah.
Menurut data pemerintah Jepang, seperti dikutip CNN, di bulan Januari 2009 tercatat 2.645 kasus bunuh diri. Artinya, naik 15 persen dari periode yang sama tahun 2008, saat itu hanya 2.305 kasus.
Pemerintah Jepang mengaku bahwa bunuh diri sudah menjadi prioritas utama yang harus diatasi. Bahkan, pemerintah bertekad akan mengurangi tingkat bunuh diri lebih dari 20 persen pada tahun 2016.
Masalahnya, upaya mengurangi bunuh diri saat ini menghadapi tantangan berat. Itu karena di tengah krisis keuangan global, banyak perusahaan jatuh bangkrut atau sedang sekarat sehingga harus menerapkan PHK atas pekerja-pekerja seperti T***.
Maka, pihak berwenang berupaya memperketat pengawasan di sekolah-sekolah maupun tempat-tempat kerja yang menjadi lokasi bunuh diri.
Mungkin yang lebih penting adalah sering-sering berpatroli di Hutan Aokigahara supaya tidak lagi didatangi orang-orang yang mau mengakhiri hidupnya. “Apalagi bulan Maret ini merupakan akhir tahun anggaran. Bisa jadi makin banyak orang yang datang ke tempat ini karena krisis ekonomi,” kata Imasa Watanabe, pejabat Prefektur (setingkat provinsi) Yamanashi yang menguasai Hutan Aokigahara.
“Maka saya bercita-cita menghentikan bunuh diri di hutan ini. Namun sulit untuk mencegah semua kasus ini,” kata Watanabe.
****Maaf Nama Orangnya Saya Samarkan****
Lebih dari 500 orang telah mengakhiri hidup mereka sendiri di Aokigahara sejak 1950-an. Kecenderungan ini diduga dimulai setelah Matsumoto Seicho menerbitkan novel Kuroi Kaiju (Laut Hitam Pohon) di mana dua karakter nya bunuh diri di sana.
Tampak Depan Kawasan Hutannya
Ini Ada Kisah Orang Yang Mau Bunuh Diri Di Sana, Nyata
Seorang pria bernama T*** nyaris menjadi “penghuni baru” Aokigahara. Menjadi korban PHK (pemutusan hubungan kerja) di suatu pabrik baja, T*** merasa hidup tak lagi berarti. “Keinginan untuk hidup telah pupus,” kata T*** seperti dikutip stasiun televisi CNN. “Saya sudah kehilangan jati diri sehingga tak mau lagi berada di dunia ini.
Oleh karena itulah saya ke sana,” lanjut pria berusia 46 tahun itu, yang enggan menyebutkan nama lengkapnya. Sudah kehilangan pekerjaan, utang yang harus ditanggung T*** juga menumpuk. Dia pun diusir dari wisma milik perusahaan yang memecatnya. “Kita kan perlu uang untuk terus hidup. Kalau punya pacar, kita juga butuh uang, apalagi kalau sudah menikah. Pokoknya uang itu selalu penting seumur hidup,” kata T***.
Maaf Dalam Photo Ini, Bukan Si Korban
Selama berhari-hari dia terkapar di semak-semak sambil menderita kelaparan, dehidrasi dan radang dingin (frostbite). Maut tak kunjung menjemput, malah nyawa T*** berhasil diselamatkan. Itu berkat seorang penjelajah (hiker) yang tak sengaja tersandung badan T*** ketika sedang menikmati perjalanan di hutan Aokigahara.
Maaf Dalam Photo Ini, Bukan Si Korban Juga
Kisah T*** itu membuktikan bahwa Hutan Aokigahara lagi-lagi dikunjungi oleh orang yang sudah merasa tak lagi punya harapan hidup. Tingkat bunuh diri tertinggi di Jepang justru berasal dari kawasan hutan itu, yang juga dikenal dengan sebutan “Lautan Pohon.”
Menurut data pemerintah Jepang, seperti dikutip CNN, di bulan Januari 2009 tercatat 2.645 kasus bunuh diri. Artinya, naik 15 persen dari periode yang sama tahun 2008, saat itu hanya 2.305 kasus.
Masalahnya, upaya mengurangi bunuh diri saat ini menghadapi tantangan berat. Itu karena di tengah krisis keuangan global, banyak perusahaan jatuh bangkrut atau sedang sekarat sehingga harus menerapkan PHK atas pekerja-pekerja seperti T***.
Maka, pihak berwenang berupaya memperketat pengawasan di sekolah-sekolah maupun tempat-tempat kerja yang menjadi lokasi bunuh diri.
“Maka saya bercita-cita menghentikan bunuh diri di hutan ini. Namun sulit untuk mencegah semua kasus ini,” kata Watanabe.
****Maaf Nama Orangnya Saya Samarkan****
Comments (0)
Posting Komentar