West Europe Trip 2010 (Day 1): Amsterdam

Posted by Admin | | Posted on 19.53

0

West Europe Trip 2010 (Day 1): Amsterdam




“Good girls go to heaven, bad girls go to Amsterdam”
so it said in the T-shirts sold in souvenir shops in Amsterdam. Bicara soal Amsterdam, memang susah melepaskan dari Red Light District-nya yang terkenal itu. Ketika bilang mau ke Amsterdam, teman-teman langsung berkomentar, “Wah ati-ati, ganja kan legal di sana…”

Memang, Belanda adalah negara pertama yang melegalkan ganja sebagai obat yang diresepkan oleh dokter. Begitu juga dengan hal-hal kontroversial lain seperti prostitusi, euthanasia dan same sex marriage, Belanda selalu tercatat sebagai negara pertama yang melegalkannya. But the best thing about Amsterdam is not that. Tentu saja karena hal-hal yang dilegalkan itu pun tidak relevan dengan most of us, I think. Meskipun belum sampai Amsterdam kalau belum mengunjungi Red Light District, masih banyak hal lain tentang Amsterdam dan banyak object wisata yang layak untuk dikunjungi.

Amsterdam is also about bicycle, kanal di mana-mana---sebagian daerah di Belanda tingginya di bawah permukaan laut, pembangunan kanal dan tata airnya mengagumkan---, dan rumah-rumah yang lucu-lucu seperti rumah Barbie. Lonely Planet menyebut Amsterdam sebagai one of Europe’s most beautiful cities, agaknya memang beralasan. Tidak sulit mencari tempat foto pemandangan ala postcard wisata di Amsterdam. Pada musim semi ketika bunga bermekaran, jangan melewatkan mengunjungi yang namanya Keukenhof.

We arrived in Schipol Airport (bandara internasional Amsterdam) tanggal 13 May 2010, sekitar pukul 15.00 waktu Amsterdam. Di sini ada perbedaan waktu 5 jam dengan Jakarta, lebih lambat. Jadi kita seolah kembali ke masa lalu, lumayan, getting younger even just for 5 hours hahaha.

Bandaranya biasa-biasa saja. Tidak sebesar bandara Dubai dan tidak seperti bandara-bandara baru yang keren-keren. Small, tapi suasananya enak. Banyak bule yang nongkrong di mana-mana (ya iyalah!) dan banyak café-café dengan sign board Heineken. (Heineken happens to be my favorite brand, and it’s originally from the Netherland). So, gue merasa seneng aja…

Keluar dari bandara, langsung deh foto-foto. Ini fotonya.


Brrrr… ternyata dingin juga ya… Sebelum ke sini sudah riset tentang cuaca di tempat-tempat yang akan kami kunjungi. Ketika kami tiba, suhu udara sekitar 15 derajat Celcius. Langsung deh mengenakan jaket dan sarung tangan serta syal yang sudah kami siapkan.

Dari bandara kami bersepuluh menumpang mobil Connexxion (airport shuttle), perlu dua mobil karena satu mobil hanya muat maksimal 8 orang. Tarip dari bandara ke hotel (eh, hostel) 8 Euro. (Kurs Euro pada saat kami membeli/sebelum berangkat sekitar Rp 11.900, setelah pulang Euro terus anjlok).

Kami menginap di hostel Flying Pig Uptown. Hostel youth backpacker semacam ini banyak di Eropa, dengan kamar-kamar dorm dengan kamar mandi sharing (di luar). Tempat tidurnya bunk bed (bertingkat). Kebetulan karena kami bersepuluh, bisa dapat satu kamar bersepuluh. Tarip hostel 1 malam 30 Euro. Sebelumnya sudah booking online, tinggal membayar sisanya.

Suasana hostel asyik, tempat kami check in di resepsionis remang-remang karena bersebelahan dengan café hotel. Café ini juga digunakan sebagai tempat sarapan serta tempat nongkrong penghuni hostel yang kebanyakan anak muda. Dari ruangan merokok yang tertutup di ujung café tercium bau marijuana bila pintunya terbuka. Smell of hash, welcome to Amsterdam… (kata temen gw sih itu bau ganja, actually gw gak tahu bener apa gak hahaha)

Hostel ini terletak di kawasan Leidseplein. Tidak jauh dari sana (within walking distance) ada Museum Van Gogh, yang berisi karya-karya besar pelukis terkenal asal Belanda itu. Ini salah satu object wisata di Amsterdam.

Museum Van Gogh tutup pukul 18.00. Setelah beres-beres, angkat koper naik tangga dan masuk kamar, dll, kami tiba di museum Van Gogh sekitar pukul 17.15. Counter tiket sudah ditutup, karena di dalam juga sudah ramai dengan pengunjung. Tetapi berkat negosiasi seorang teman, kami berhasil masuk, meskipun hanya punya kurang dari 45 menit. Tiket masuk museum 14 Euro.

Di dalam museum ramai sekali pengunjungnya. Setiap ingin melihat lukisan harus mengantri. Di sini terdapat karya-karya Van Gogh yang terkenal seperti Starry Night, Sunflowers, dan Irises. Lukisan Van Gogh sangat khas dengan tinta yang seperti ditotol-totol. Beautiful.



Dari museum kita beranjak ke tujuan selanjutnya, yaitu Dam Square. Dari hotel menumpang trem tujuan Amsterdam Central. Tarip trem 2,6 Euro. Selama sekitar 20 menit perjalanan ke Amsterdam Central menikmati pemandangan kota Amsterdam yang asik, dengan kanal-kanal dan orang-orang yang bersepeda. Di sekitar Dam Square terletak museum Madame Tussaud dan Red Light District yang terkenal itu.

Kami mengeksplore daerah sekitar Dam Square ini, tempat yang menyenangkan. Bangunan kuno serta ada juga toko-toko yang menjual souvenir khas Amsterdam. Di pinggir jalan ada juga yang menjual pizza dan kopi, langsung mengundang aku untuk mampir. Kopi Segafredo yang harum serta pizza yang lezat fresh from oven, gue beli untuk take away, dimakan sambil jalan, harga 5 Euro. Ada juga yang menjual jajanan khas di sini, ikan herring, ada yang berbentuk sosis, ada juga yang belum matang (seperti sashimi). Rasanya agak amis…

Kami berkeliling terus, ngubek-ngubek daerah itu, tapi tidak kunjung menemukan yang namanya Red Light District. Dengan mengikuti peta, kami ketemu gang kecil dimana terdapat banyak toko yang menjual peralatan sex. Tapi… masa gini doang? Atau jangan-jangan belum mulai kali… Waktu itu sekitar pukul 7 atau 8 malam. Hari masih terang.
Yah, bulan Mei di Eropa, malam akan datang terlambat. Kami menunggu-nunggu, ini gelapnya kapan ya?

Di tengah kami mengobrol, tiba-tiba saja seorang bapak-bapak mendekati kami. “Dari Indonesia ya?”

Ya iyalah. Udah jelas pake bahasa Indonesia gitu… Akhirnya, kami pun berkenalan dengan bapak-bapak itu. Namanya Om Bram, pria berusia sekitar 60-70 tahun yang sudah 20 tahunan tinggal di Belanda. Dari sikapnya terkesan dia cukup kangen bertemu dengan teman-teman dari tanah air. Nah, kesempatan nih. Kami sedang mencari-cari yang namanya Red Light District.

Akhirnya, om Bram dan istrinya mengantar kami menjelajah gang-gang kecil pusat prostitusi yang terkenal di seluruh dunia ini. Kalau bukan karena om Bram, entah bagaimana kami bisa masuk/benar-benar masuk dan melihat dengan mata kepala sendiri fenomena ini. Soalnya kami bersepuluh kebetulan cewek semua, jadi tidak akan ada “pertunjukan” kalau hanya kami yang lewat.

Tidak peduli siapa Anda, umur berapa atau apapun latar belakang agama Anda, sepertinya kalau sudah sampai Amsterdam, sangat sulit menolak rasa penasaran untuk melihat fenomena ini. Gadis-gadis yang dijejer dalam kotak-kotak bergorden merah. Bila gorden terbuka, berarti si gadis sedang available. Bila tertutup, berarti sedang transaksi. Di kotak itu berdiri gadis-gadis yang berpakaian minim menjajakan tubuhnya, mereka akan melakukan sedikit “pertunjukan” bila yang lewat adalah pria. Mereka yang lewat sana tentu saja mencari sesuatu, kecuali turis-turis iseng seperti kami.

Kami melewati juga banyak sex shop… wah lengkap sekali deh. Segala yang bisa Anda bayangkan… Sepertinya tidak perlu diceritakan. Fotonya pun tidak perlu di-share ya… hahahaha.

Akhirnya, sekitar pukul 21.30 malam pun datang. Hari pun menjadi gelap. Teman-teman yang Muslim langsung teringat “Gila di sini magrib-nya jam berapa? Kasian ya yang puasa, panjang banget waktunya.”

Kami pun merasa lelah. Perjalanan kami dengan pesawat cukup panjang. Dari Jakarta berangkat tanggal 12 May, baru tiba di Amsterdam 13 May, dengan transit beberapa jam di Dubai. Kami pun pulang ke hotel untuk beristirahat.

(to be continued)

West Europe Trip 2010 (3): Volendam, Edam, Den Haag

Posted by Admin | | Posted on 19.52

0

West Europe Trip 2010 (3): Volendam, Edam, Den Haag



Dari Keukenhof kami menuju ke destinasi selanjutnya, yaitu Volendam dan Edam. Kembali kami menyusuri rute ketika pergi, yaitu lewat Schipol dan Amsterdam Central. Dari Amsterdam Central naik bus Arriva, tarifnya 7,5 Euro pulang pergi.

Ini salah satu hal yang menyenangkan tentang bepergian di Amsterdam dan sekitarnya. Mereka memiliki rute bus yang lengkap dengan jadwal yang tepat. Selain itu, orangnya ramah-ramah dan bisa berbahasa Inggris. Kita bisa bertanya di pusat informasi ataupun bertanya langsung pada supir bus untuk mendapatkan informasi yang kita perlukan. Sebagian besar orang yang kami temui dalam trip di Amsterdam dan sekitarnya ini sangat helpful. Kalau beruntung bisa mendapatkan supir bus wanita / Dutch lady yang cantik dan ramah.

Volendam adalah daerah pelabuhan tua, merupakan salah satu tujuan wisata populer di Belanda, salah satunya karena di sini masih sering ditemui wanita-wanita yang mengenakan pakaian tradisional Belanda. Inget susu cap nona (Dutch Lady)? Yah begitulah modelnya… dan di sini pula para turis dapat berfoto ala Dutch Lady, di sepanjang jalan di sisi pelabuhan terdapat banyak studio foto yang menyediakan jasa tersebut.

Tiba di sini sudah lewat pukul 15.00. Aku merasa lapar sekali karena belum makan siang. Teman-teman langsung napsu mencari tempat foto Dutch Lady, tapi yang ada di otakku hanya makan, makan, dan makan. Apalagi berjejeran café/restoran yang menawarkan hidangan dari laut dan tentu saja, bir dingin. Bir yang terkenal di sini adalah Heineken dan Amstel Bier. Melihat orang-orang duduk di café menghadap laut bagaikan magnet yang menarik aku untuk bergabung. Aku pun menclok bersama dua teman (yang sama-sama gak mau foto) di sebuah café. Siang itu lunch Fish and Chips dan Heineken. Total sekitar 16 Euro.


Suasana salah satu cafe di Volendam


Salah satu toko yang menawarkan foto ala Dutch Lady. Tarif sekitar 13 Euro per person. Kalau fotonya in group bisa lebih murah, kan dibagi-bagi.


My Lunch... yummy ya...


Jajanan dari seafood di pinggir laut.

Dari Volendam kami terus ke Edam, kota kembar yang bersebelahan dengannya. Sebenarnya bisa saja ditempuh dengan jalan kaki, namun bus Arriva yang tadi kami tumpangi juga lewat Edam, jadi tiket (yang berlaku satu hari) masih bisa digunakan untuk naik bis.

Edam terkenal dengan Edam Cheese, di sini ada Cheese Market. Sayangnya, ketika kami tiba di sana, sudah sore. Pasar sudah tutup. Namun kami senang menjelajah jalan-jalan cantik di Edam. Ada sebuah gereja tua, serta semua rumahnya cantik-cantik. “Seperti rumah Barbie” kata teman-teman.





Sebuah majalah yang saya baca menyebut orang-orang Belanda house-proud, karena bahkan pada malam hari mereka tidak menutup gorden rumahnya. Mereka ingin orang-orang yang lewat melihat ke dalam isi rumahnya. Hal ini pun tampak dari jendela-jendela mereka, di mana kusen-kusen selalu berhiaskan bunga, ataupun dekorasi kecil-kecil lainnya yang terlihat dari luar rumah. Melewati jalan-jalan kecil di Edam (dan Volendam juga) sangat menyenangkan, melongok ke dalam rumah-rumah yang terkesan homey… Bagaikan rumah nenek yang hangat…





Dari Edam kami kembali lagi ke Volendam, berencana hendak menyeberang ke Marken, sebuah kota pelabuhan di seberang Volendam. Sayangnya, perahu-perahu yang berangkat ke Marken hanya sampai jam 18.00. Kami telat beberapa menit saja. Hiks.

Akhirnya, kami pun kembali ke Amsterdam Central. Malam itu kami akan berangkat ke kota Den Haag, sekitar 40 menit dari Amsterdam. Mengapa ke Den Haag, karena di sini ada seorang teman yang menawarkan tempat menginap gratis untuk kami semua. Ya, kami bersepuluh!

Tiket kereta dari Amsterdam ke Den Haag tarifnya 19,40 Euro. Setiba di stasiun kereta Den Haag kami disambut oleh teman kami yang baik itu, seorang Indonesia yang bekerja di sana.

Suasana homey seperti yang kami longok dari luar rumah itu kini dapat kami rasakan langsung. Kehangatan seorang teman lama yang menyambut kami bagaikan anak-anaknya sendiri, yang pulang dari negeri yang jauh. Baru dua hari di Eropa, rasanya udah kangen sekali makanan Indonesia. Kami disuguhi banyak sekali makanan malam itu. Yang saya ingat banget adalah soto dan tekwan yang enaksss sekali serta tahu tempe yang beda dengan yang ada di Indonesia. Nyam-nyam-nyam… gak pake malu-malu lagi, semua makan dengan lahap.

Terjadi obrolan yang seru dengan tuan rumah meskipun kami semua sudah lelah jalan-jalan sepanjang hari. Setelah itu semua tertidur dengan pulas dibungkus udara malam kota Den Haag.

West Europe Trip 2010 (2): Keukenhof

Posted by Admin | | Posted on 19.52

0

West Europe Trip 2010 (2): Keukenhof




Tanggal 14 May, hari kedua. We are scheduled to visit Keukenhof today. Sebelum berangkat tiket masuk Keukenhof sudah kami beli secara online. Melalui situs webnya www.keukenhof.nl dengan harga 21 Euro per person, sudah termasuk transport dari bandara Schipol. Di Eropa sebaiknya semua dipesan sebelumnya, karena mereka adalah masyarakat yang sudah terbiasa serba teratur. Apalagi untuk sebuah tempat yang sangat ramai pengunjungnya seperti taman bunga Keukenhof.

Keukenhof merupakan salah satu tujuan wisata yang paling populer di Belanda, dibuka setiap tahun, hanya selama dua bulan. Pada saat saya menulis ini, Keukenhof sudah ditutup, dan baru akan dibuka kembali tahun depan 24 Maret hingga 20 Mei 2011. Hal ini karena bunga-bunga di Keukenhof paling bagus pada saat musim semi. Pada saat kami datang sudah menjelang saat-saat terakhir, ini salah satu sebab kenapa kami mengunjungi Amsterdam lebih dahulu dibanding destinasi yang lain.




We woke up at 04.00 that morning. Gak tahu kenapa kita harus bangun sepagi itu. Mungkin karena jet lag, atau mungkin karena memang pada suka bangun pagi, atau mungkin juga karena pada laper dan mau masak-masak dulu sebelum berangkat, mungkin juga karena mencemaskan berapa waktu yang akan diperlukan 10 perempuan untuk bersiap, atau mungkin juga karena pada gak bisa tidur… (banyak sekali alasannya?...) yang jelas kita bangun jam 4 pagi. Dan gue, yang masih merasa gak rela, tidak bisa tidur lagi karena anak-anak pada sibuk di kamar mempersiapkan makanan.

Yup. Ada dari teman kami yang membawa panci, beras, dll sehingga pagi itu kita bisa sarapan nasi + abon + indomie. Aku hanya ngemil-ngemil sedikit dan memilih menunggu hingga 7.30 saat breakfast di hotel (eh, hostel) dibuka. Sebagian dari kami membawa bekal makanan seperti pop mie, bubur instant, bahkan beras (dan panci) in case kita kangen makan nasi karena kelamaan di Eropa. Hahaha.. gini-gini nih yang menuh-menuhin koper… makanya ketika tiba di Belanda ingin rasanya buru-buru mengurangi bawaan.

Sekitar pukul 08.30 setelah breakfast kami pun berangkat. Dari hostel menuju Amsterdam Central naik trem lagi seperti kemarin (sambil membawa-bawa koper tuh…) taripnya 2,6 Euro. Di Amsterdam Central masuk ke train station untuk naik train ke Schipol (dalam rangka ke Keukenhof). Kami menitipkan koper di stasiun kereta Amsterdam Central. Cukup mahal, 5 Euro untuk 24 jam. Lokernya tidak besar-besar amat, jadi 1 locker hanya bisa untuk satu orang, yang masing-masing membawa 1 koper dan 1 ransel.

Dari Amsterdam Central naik kereta ke Schipol, tarip 7,1 Euro pp. Di Schipol dekat tempat tunggu taksi sudah menunggu bus-bus khusus ke Keukenhof. Tidak sulit mengenalinya, karena biasanya pasti sudah terjadi antrian untuk naik ke bus-bus itu. Jangan lupa membawa tiket online (print sendiri) karena di sana ada barcode-nya yang akan discan petugas di loket maupun di bus.

Kami tiba di Keukenhof--yang berjarak 30 menit naik bus dari Amsterdam---sekitar pukul 10-an. Banyak yang menyebut Keukenhof sebagai the most beautiful spring garden in the world. Rasanya memang tidak berlebihan.




Lebih dari 7 juta bunga dari berbagai jenis---sebagian besar adalah tulip---ada di taman ini. Mohon maaf tak begitu kenal nama bunga-bunga, apalagi bunga Eropa. Sebagian bunga yang ada terlihat seperti bunga palsu, saking bagus dan kokohnya. Berbagai warna bunga menghiasi taman nirvana seluas 79 hektar ini, menjadikannya salah satu sites yang paling banyak dipotret di dunia.

Taman ini sangat luas, terdiri dari 7 theme garden. Ketika masuk, sebaiknya pelajari dulu petanya, dan tempat mana yang ingin dikunjungi. Karena keterbatasan waktu, kemungkinan tidak dapat melihat keseluruhan taman. Apalagi buat yang hobi motret, pasti menclok di setiap tempatnya agak lama.

Ke mana pun kita berjalan di taman ini, selalu saja ditemani bunga berwarna-warni. Buat yang tidak suka bunga, tidak disarankan mengunjungi taman ini karena pasti akan muak dengan bunga-bunga di mana-mana. Meskipun begitu, akan terasa lebih romantis seandainya pengunjungnya tidak sebanyak itu. Lebih dari 750.000 pengunjung dari Belanda dan seluruh dunia mengunjungi Keukenhof selama dua bulan setiap tahunnya. Bersiaplah dengan memori kamera yang banyak, karena melirik ke arah mana pun, akan ada pemandangan/obyek yang layak potret.




Sepertinya seharian pun tidak cukup untuk mengeksplore taman ini, tetapi masih ada tempat lain dalam jadwal kami hari itu, jadi kami pun janjian ketemuan di pintu keluar sekitar pukul 14.00. Sekitar empat jam di dalam Keukenhof, terus terang saja, tidak cukup. Kalau memungkinkan, sediakanlah waktu, minimal 5 jam. Jangan lupa mengunjungi Dutch Mill, kincir angin di ujung taman, di mana kita bisa menyeberang kanal dan memandang Keukenhof dari sisi yang lain. Di sini kalau beruntung bisa melihat ladang bunga tulip yang luas, yang seperti karpet warna-warni bila dilihat dari jauh. Pada saat kami ke sana, ladang tulip ini sudah dipanen.

Karena tulisan tentang Keukenhof cukup panjang, I decided to stop here, takutnya yang baca bosen. Sisa trip setengah harinya lagi di postingan berikutnya.

(to be continued)

West Europe Trip 2010 (4): Zaanse Schans, Amsterdam-Paris via Brussels

Posted by Admin | | Posted on 19.51

0

West Europe Trip 2010 (4): Zaanse Schans, Amsterdam-Paris via Brussels



Tanggal 15 May, hari ketiga. Hari ini masih ada satu destinasi Belanda yang terakhir, yaitu Zaanse Schans---duh ribet banget ya namanya, nulisnya harus pake nyontek---sebelum melanjutkan trip ke Paris. Jadwal keberangkatan kami ke Paris adalah 14.30, jadi masih ada waktu setengah hari.

Pagi ini kami bangun pagi lagi, pukul 04.30. Setelah bersiap-siap, kami pun berkumpul di ruang makan. Ternyata tuan rumah kami sudah menyediakan sarapan, bahkan bekal! Benar-benar tuan rumah yang luar biasa! Nasi dan lauk yang hangat sudah terhidang dengan rapi di atas meja bagaikan disulap, karena kami semua bertanya-tanya, ini tuan rumah bangun jam berapa ya untuk mempersiapkan semua ini? Peralatan plastik pembungkus makanan pun telah disiapkan agar kami bisa membungkus sendiri jatah makan siang masing-masing. Duh, duh, duh… tidak akan terlupakan deh kebaikan teman yang satu ini.

Pukul 07.30 kami berangkat dari Den Haag. Kembali lagi ke stasiun kereta Amsterdam Central---yang menjadi pusat segalanya---kami menitipkan koper-koper agar bisa berlenggang jalan-jalan ke Zaanse Schans dengan hanya menenteng tas kecil saja. Toh nanti juga akan kembali lagi ke Amsterdam Central.

Untuk mencapai Zaanse Schans, ada pilihan transportasi umum yaitu naik bis atau kereta. Karena kami sudah di stasiun kereta, ya sudah naik kereta saja. Hanya 4 stop (20 menit) dari stasiun Amsterdam Central. Pilih jurusan Alkmaar dan turun di Koog-Zaandijk. Dari sini ikuti petunjuk jalan menuju Zaanse Schans. Kira-kira perjalanan 10 menit berjalan kaki dari stasiun.

Zaanse Schans adalah nama desa kecil dekat sungai Zaan, yang pada masa lalu memiliki ribuan kincir angin khas Belanda, bendungan-bendungan, serta pabrik-pabrik yang menjadi kekuatan utama ekonomi Belanda abad 17 dan 18. Saat ini masih tersisa sederetan kincir-kincir angin besar yang memperindah pemandangan pedesaan di tepi sungai itu.

Cukup menyenangkan jalan-jalan di Zaanse Schans ini. Sejak dari stasiun kereta, dalam rute berjalan kaki kita akan melewati pabrik-pabrik cocoa besar yang menyemburkan aroma coklat segar dari cerobong-cerobongnya. Hmmm… sedap sekali aromanya… bagaikan sedang berada di dalam dapur yang sedang memanggang kue. Tiba-tiba kami teringat salah satu merek cocoa yang bergambar kincir angin (windmill) yang sering digunakan untuk membuat kue, jangan-jangan di sinilah asal-muasalnya, mengapa produsen cocoa itu menggunakan gambar kincir angin.

Selain melihat pemandangan desa, berfoto dengan background kincir angin, di Zaanse Schans juga ada museum, restoran, serta toko (souvenir) di mana setiap jam ada pertunjukan proses pembuatan keju. Mengunjungi desa ini tidak dikenakan biaya, namun bila hendak naik ke kincir angin biayanya 2,5 Euro. Tiket masuk museum 4 Euro.

Kami berkumpul di stasiun kereta Koog-Zaandijk---biar gampang diingat, jadi Kok Cantik saja---pukul 12.00. Saatnya makan siang. Bekal pun dibuka. Nasi yang hangat dengan tahu dan tempe goreng di stasiun kereta bule di siang yang sejuk, waw… sungguh kenikmatan duniawi yang tiada tara…

Amsterdam – Paris via Brussels



Pukul 12.30 kami sudah tiba kembali di Amsterdam Central. Setiba di stasiun kereta yang megah ini, kami langsung menuju ke bagian locker untuk mengambil koper-koper kami. Oya, pembayaran locker di sini menggunakan kartu kredit. Dari sini kami naik kereta lagi dengan tujuan stasiun Amstel. Di Amstel, tak jauh dari stasiun, terdapat kantor Eurolines, yaitu perusahaan operator bus yang akan mengantar kami dari Amsterdam ke Paris.

Salah satu informasi yang mungkin juga berguna adalah di Amsterdam rata-rata toilet umum (misalnya di stasiun kereta dan tempat-tempat wisata) tarifnya 50 cent. Lumayan lho, berasa, terutama buat yang beser… Dan yang menyebalkan adalah, setiap mau masuk toilet, ada pintu otomatis yang hanya bisa dibuka apabila kita sudah memasukkan koin 50 cent. Kebayang gak sih, kalau pas lagi kebelet, dan tidak punya koin? Harus pergi menukar koin dulu?? Kasian banget deh.

Setelah menunggu agak lama di kantor Eurolines, akhirnya sesuai jadwal, pukul 14.30 bus kami pun berangkat. Bus-nya biasa saja, untuk ukuran bis luar kota yang menempuh perjalanan sekitar 9 jam, tingkat kenyamanan biasa saja. Toilet tersedia, dan, yah, lumayan bersih lah.

Sebenarnya Amsterdam – Paris bisa ditempuh dengan waktu 6 jam jalan darat, mungkin kalau nyetir sendiri. Karena bus Eurolines jalannya lebih lambat dan berhenti beberapa kali untuk toilet serta berhenti sekitar 1 jam di Brussels (Belgia), maka kami dijadwalkan tiba di Paris pukul 23.30 malam itu.

Selain bus, ada juga kereta supercepat yang menempuh jarak Amsterdam – Paris hanya dalam waktu 3 jam, namun tiket kereta ini agak mahal (lebih dari 100 Euro). Kami memilih ala backpacker saja, yaitu naik bus. Dalam trip Eropa ini sebisanya kami mencoba semua jenis moda transportasi yang ada: pesawat, bus, kereta.

Sepanjang perjalanan, saya menikmati pemandangan dari kaca jendela. Pemandangan pedesaan dan vegetasi Eropa yang berbeda dengan Asia. Ini adalah pertama kalinya saya keluar dari benua Asia, pemandangan alam tentu sedikit berbeda, jenis pepohonan dan landscape secara umum adalah hal yang tidak membosankan untuk dilihat.

Tidak terasa, sekitar 2 jam kemudian kami sudah keluar dari negara Belanda dan masuk ke wilayah Belgia. Bus kami berhenti di sini sekitar 10 menit untuk toilet. Sekitar pukul 18.00 bus tiba di Brusels, ibukota Belgia. Sebelum tiba di Brusels bus juga melewati kota Antwerpen dan kami sempat melihat pemandangan kota yang rapi dan indah dengan pohon-pohon yang unik.

Beberapa penumpang turun di Brussels dan digantikan lebih banyak lagi penumpang yang naik hendak menuju Paris bersama kami. Perhentian ini sekitar 1 jam, waktu yang cukup untuk mencari makan malam (karena sudah waktunya makan) namun di sekitar tempat berhenti bus tidak ada restoran. Kami berhenti di sebuah stasiun kereta, dan tampaknya jam segitu toko-toko sudah tutup. Aku hanya membeli kopi dan muffin, total 2,3 Euro. Senang sekali ketika mendengar pelayannya berbahasa Perancis.

Sekitar pukul 21.00 bus kami memasuki wilayah Perancis. Aku tahu karena kami berhenti di sebuah toko untuk toilet. Di sana selain dari nama toko dan alamat juga tersedia koran-koran Perancis, maka aku tahu kami sudah berada di Perancis. Dari plat mobil-mobil yang terparkir di depan toko juga bisa diduga, karena hampir semuanya berhuruf F. Dalam plat mobil di wilayah Schengen terdapat tanda lambang Uni Eropa dengan huruf yang menjadi lambang nama negara masing-masing, misal: NL untuk Netherland, F untuk France.

Jam segini, saatnya sunset di Eropa pada musim panas. (Bulan Mei memang belum summer, tetapi sudah mulai menjelang awal summer). Pemandangan yang ditawarkan kaca jendela menunjukkan perbedaan ketika kami sudah memasuki Perancis. Ada ladang yang luas bagaikan karpet berwarna kuning dan hijau mengingatkan kita pada gambar-gambar iklan L’Occitance, merek kosmetik Perancis itu. Hati saya pun mulai berdebar-debar. Je suis en France. Saya sudah di Perancis! Itu adalah perasaan yang tak terlukiskan. Tak ada satu pun yang memahami perasaan saya.

Saya melihat ke sekitar. Semua teman saya tidur. Yah, maklum. Berjam-jam digoyang dalam bus untuk badan-badan yang sudah kelelahan ini. Sangat sulit menahan diri, sangat berat menahan mata agar tidak terpejam. Hanya saya yang excited sendiri, memandangi pelang-pelang jalan, membaca rambu-rambu, membaca nama-nama desa yang saya lewati, mencoba mengingat-ingat pelajaran bahasa Perancis yang bertahun-tahun lalu saya pelajari. Sepertinya tidak ada yang paham perasaan saya. Dan tidak ada seorang pun tempat saya berbagi perasaan ini.

Yah, mungkin gue lebay. Tapi, gue udah di Perancis! Perasaan ini semakin menjadi-jadi, jantungku berdetak semakin kencang ketika perlahan-lahan bus memasuki kota penuh cahaya bernama Paris. Sebuah kota yang menjadi idaman banyak orang di seluruh dunia. Kota yang ditulis dalam ribuan cerita dan hadir dalam ratusan film. Kota yang menjanjikan segalanya: keindahan, romantisme, glamour… Kota yang sebentar lagi akan kami jelajahi…

(to be continued)

Biaya hari ini:
- Biaya titip koper 5 Euro
- Tiket kereta dari Amterdam Central ke Zaanse Schans pp 5,7 Euro
- Tiket kereta dari Amsterdam Central ke Amstel 2,7 Euro
- Toilet 50 cent
- Tiket bus Eurolines Amsterdam-Paris 42 Euro. (Tiket ini telah dipesan sebelumnya dengan cara meninggalkan nomor kartu kredit melalui telepon).
- Meal dan belanja

Heboh, Foto Penampakan Hantu Pocong Beredar di Palembang

Posted by Admin | | Posted on 19.49

0

Makhluk halus memang sulit dilihat mata tapi jaman sekarang malah bisa direkam video dengan teknologi tertentu sehingga khalayak bisa menyaksikan tanda tandanya dengan indera melalui tayangan visual. Berbeda dengan jepretan kamera yang menghasilkan gambar atau foto, tiba tiba ada 'penyertaan' makhluk halus atau hantu alias jin biasanya hal itu di luar kesengajaan.

Seperti yang dialami oleh Jesika (5) putri dari Suharno warga desa Betung, kecamatan Abab kabupaten Muaraenim Sumatera Selatan. Jesika difoto oleh temannya menggunakan handphone pada tanggal 10 Juni 2010. Saat itu Jesika sedang main di halaman belakang rumah bersama teman-temannya.

Betapa terkejut Suharno melihat foto di hape itu, karena di belakang putrinya yang jongkok mengenakan kaos biru ada penampakan yang diduga sebagai hantu pocong warna putih berdiri seperti membelakangi Jesika . Semula Suharno tak percaya dengan apa yang ditunjukkan oleh anaknya itu. Tapi begitu mencermati foto itu, Suharno pun terkejut dan khawatir melihat anaknya yang ketakutan dan trauma.

Informasi penampakan hantu di kamera itu segera menyebar ke tetangga dan masyarakat di desa Betung hingga heboh. Suharno pun khawatir akan terjadi sesuatu terhadap anaknya. Maka ia mencari orang pintar untuk konsultasi.

Pada hari Rabu (16/6) Suharno melapor ke sripoku.com yang juga grup dari tribunnews.com terkait foto tersebut. Menurut pengakuan Suharno, kekhawatiran terhadap anaknya terkait foto yang ada penampakan hantu pocong itu telah mendorongnya untuk mencari orang pintar.

Ia berinisiatif mencari informasi misteri yang terjadi pada anaknya. Kata 'orang pintar' yang didatangi Suharno, sebenarnya Jesika anak dalam foto itu sering diikuti oleh hantu pocong. Hantu pocong tersebut sedang mencari tumbal.

Mendengar keterangan 'orang pintar' itu, Suharno tersentak dan segera berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar anaknya diberikan kesehatan dan perlindungan. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan. “Saya takut ada apa-apa, meskipun kebenaran tersebut belum pasti. Tapi saya berharap anak saya selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa,” harapnya.@TribunNews


sumber : http://jekethek.blogspot.com/2010/06/heboh-foto-penampakan-hantu-pocong.html


Tahukah Anda, Trofi Piala Dunia Diperkirakan Berlubang?

Posted by Admin | | Posted on 19.48

0

Seorang pakar kimia Inggris memperkirakan bahwa bila trofi Piala Dunia benar-benar terbuat dari emas padat maka trofi tersebut akan terlalu berat untuk diangkat pemain.

Profesor Martyn Poliakoff dari Universitas Nottingham memperkirakan bahwa trofi emas padat dengan panjang 36 cm memiliki berat sedikitnya 70 kg.

'Emas sangat berat, inilah salah satu logam terpadat yang ada,' kata Profesor Poliakoff.

Emas padat yang dimaksud, lanjut Profesor Poliakoff, 'logam bagian trofi itu terbuat dari emas semua, bukannya hanya ada lapisan emas sedangkan sisanya logam baja, misalnya'.

'Berdasarkan perhitungan saya, bila trofi itu benar-benar emas padat, maka berat trofi bisa mencapai 70 hingga 80 kg,' tambahnya.

Replika

Dengan demikian, dia memperkirakan trofi Piala Dunia berlubang di dalam atau setidaknya sebagian memiliki lubang.

Badan sepakbola dunia, FIFA menegaskan logam trofi saat ini yang berasal dari tahun 1974, terbuat dari 'emas padat'.

'Bagaimanapun, meski saya tidak mengetahuinya secara pasti, saya pikir bundaran bola di bagian atas, yang menunjukkan dunia, kemungkinan berlubang di dalamnya...karena trofi itu terlalu berat untuk diayung-ayungkan di atas kepala, dan juga terlalu sia-sia emas itu.'

Dia menambahkan bahwa dirinya tidak tertarik dengan sepakbola dan menuturkan dia masih remaja ketika Inggris menang Piala Dunia tahun 1966.

'Saya tidak menonton pertandingan pada waktu itu dan saya belum pernah menonton Piala Dunia sejak masa tersebut, tetapi mungkin tahun ini saya akan menonton beberapa pertandingan,' tuturnya.

FIFA mengatakan kepada BBC bahwa trofi tersebut memiliki berat 6,17 kg, termasuk 4,9 kg 'emas padat 18 karat' dan dua lapisan batu semi berharga malachite.

Tak seorangpun menyimpan trofi asli tersebut karena FIFA menyimpannya di luar masa turnamen dan memberikan trofi replika berlapis emas kepada pemenang Piala Dunia.



sumber : http://jekethek.blogspot.com/2010/06/tahukah-anda-trofi-piala-dunia.html


Sembilan Kota Mewah yang Cocok Rayakan Pesta Piala Dunia

Posted by Admin | | Posted on 19.48

0

APAKAH Anda tidak bisa hadir di Afrika Selatan untuk menyaksikan langsung Pesta Piala Dunia 2010 karena sedang liburan? Tenang saja, karena demam Piala Dunia akan melanda seluruh dunia, maka Anda bisa berpesta di mana saja.

Berikut ini beberapa kota di dunia yang juga bisa menjadi ajang pesta besar-besaran untuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Jika salah satu kotanya kebetulan sedang Anda singgahi, mampirlah ke beberapa spot yang sengaja disediakan untuk melihat tim jagoan Anda.

1. Berlin, Jerman
Satu mil dari warna hitam, merah dan emas (warna bendera Jerman) akan terbentang dari Gerbang Brandenburg sampai Victory Coloumn ketika setengah juta fans akan mengisi Strasse des 17 Juni (Jalan 17 Juni) untuk menonton pertandingan dari babak kedua menuju final yang ditampilkan pada layar lebar.

Bila Anda ingin suasana yang sangat meriah mungkin bisa datang pada tanggal 27 Juni saat pertandingan antara Jerman dan Amerika dilangsungkan.

Untuk pesta yang sedikit lebih kecil, Anda bisa melihat pertandingan putaran pertama di Prater Garten, sebuah taman bir berusia 173 tahun dengan tempat duduk plus meja piknik yang bisa menampung 600 orang.

2. Boston, Amerika Serikat
Tampilan pesta Piala Dunia terbesar di Amerika Serikat akan mengambil tempat di Boston City Hall Plaza. Ruangan di lokasi ini bisa memuat 300.000 orang yang diperkirakan akan berdatangan saat pertandingan final dilangsungkan

Brasil, Italia, Jerman, Prancis dan Spanyol adalah calon yang paling mungkin untuk masuk putaran final. Bila Anda salah satu penggemar tim ini, datanglah ke Boston City Hall Plaza untuk merasakan atmosfer yang berbeda.

Saat Italia juara di tahun 2006, Boston sempat didominasi warna cat merah, putih dan hijau. Ya, mungkin kota ini masih berharap jika Azzurri mencapai final lagi. Apakah Anda juga berharap demikian? Jika iya, datang saja ke sini.

Jika berada di Boston pada saat tanggal pembukaan Piala Dunia, Anda bisa datang ke Boston Children's Museum karena di sini Anda bisa merasakan kegembiraan Afrika Selatan dalam festival makanan, musik dan tari Afrika yang berlansung pada 11-12 Juni.

3. Chicago, Amerika Serikat
Sekitar 40.000 orang diperkirakan akan menonton pertandingan final pada 11 Juli pada sebuah Jumbotron (telivisi layer lebar yang biasa digunakan di stadion olah raga) di Soldier Field. Mungkin Anda bisa menjadi slah satu diantaranya dan merasakan pesta dengan semangat kebersamaan. Bila berniat datang ke sini, Anda dikenakan biaya US$20 (sekitar Rp185 ribu).

Jika Amerika Serikat atau Meksiko bisa mencapai final, tempat ini mungkin akan disambangi lebih banyak orang dari yang diperkirakan sebelumnya. Namun kapasitas stadion yang bisa menampung 63.000 orang dirasa bisa mengatasi kekhawatiran ini.

Sebelum menyaksikan pertandingan sepak bola di Soldier Field, Anda bisa berjalan-jalan mengelilingi Festival Piala Dunia dengan pemutaran film Afrika Selatan dan perayaan Hari Bastille Prancis.

4. Mexico City, Meksiko
Diprediksikan hingga 100.000 penggemar bola akan mengisi Plaza de la Constitucion, sebuah alun-alun kota yang dibingkai oleh Istana Nasional. Bangunan bergaya baroque yang berfungsi sebagai tempat pemerintah federal dan Katedral metropolitan yang cantik ini akan digunakan untuk menonton pertandingan Meksiko di sebuah layar besar.

Pertandingan pembukaan yang mempertemukan Meksiko dengan Afrika Selatan pada 11 Juni akan menjadi partai yang ramai dan riuh di tempat ini.

Karena perbedaan waktu, permainan mulai lebih awal yaitu pukul 6.00 waktu setempat. Ini mungkin terlalu pagi buat Anda namun jangan khawatir karena Anda bisa menonton pertandingan sambil menikmati cafe con Leche (sejenis kopi Spanyol) dan kue-kue manis di restoran Cafe de Tacuba.

5. Paris, Prancis
Dalam bayang-bayang Menara Eiffel, sekitar 15.000 fans akan berkumpul di Trocadero selama turnamen berlangsung untuk menonton pertandingan di sebuah televisi raksasa sambil berharap the Blues bisa masuk ke final.

Jika Perancis bisa sesuai dengan yang diharapkan, mungkin bisa mencapai perempat final pada 2 Juli dan berhadapan dengan Inggris. Partai ini tentunya sangat sayang untuk dilewatkan

Hanya dua hari setelah pertandingan final, perayaan kemungkinan akan turun ke bawah Sungai Seine menuju Place de la Bastille untuk merayakan sebuah pesta dansa tahunan yang menjanjikan suasana meriah terutama jika skuad Prancis memenangkan kejuaraan.

6. Rio de Janeiro, Brazil
Juara lima kali Piala Dunia, Brazil mempunyai sebuah budaya sepak bola yang kuat. Selama 32 hari berturut-turut sekitar 20.000 orang akan berpesta di pantai Copacabana yang dimulai dengan konser pembuka pada 10 Juni.

Saat yang ditunggu-tunggu adalah pertemuan tim samba dengan Portugal yang bila sesuai rencana akan berlangsung pada 25 Juni.

Selama ke Rio de Jenerio sempatkanlah datang ke Estadio do Maracana, salah satu stadion terbesar di dunia dan situs Piala Dunia 2014. Bahkan jika stadion tertutup untuk wisata karena renovasi, Anda dapat melihat jejak kaki pemain sepak bola hebat Pele dan Ronaldo di museum dengan membayar US$ 11 (sekitar Rp101 ribu).

7. Roma, Italia
Sekitar 700.000 penggemar akan ditempatkan di dekat stadion Circus Maximus Roma kuno dalam bukit kecil berumput untuk menonton tim Italia berlaga. Roma akan mengundang fans untuk menonton setiap pertandingan di sini sambil berharap kemenangan Italia akan terulang,

Pertandingan yang mungkin akan ditunggu-tunggu ialah Italia versus kekuatan baru, Paraguay pada 14 Juni.

Selain ajang Piala Dunia, di Roma juga akan berlangsung festival musim panas Roma selama empat bulan yang akan menampilkan film, konser dan acara olahraga dalam pengaturan klasik seperti amphiteater di pelabuhan Ostia Antica, termasuk Golden Gala, dan event yang akan membawa atlet kelas dunia ke Stadio Olimpico 10 Juni.

8. Sydney, Australia Antusiasme Australia akan diperlihatkan di pelabuhan Darling, dimana dua Jumbotron (televisi layar lebar yang biasa digunakan di stadion olah raga) akan menampilkan setiap pertandingan untuk total 30.000 fans secara gratis. Tempat menonton ini juga berdekatan dengan teluk Cockle dan taman Tumbalong. Anda juga bisa berharap melihat kembang api di jembatan pelabuhan jika Australia keluar sebagai juara.

Partai yang akan banyak disaksikan penduduk Sydney adalah Australia melawan juara tiga kali, Jerman pada 14 Juni.

Sambil tetap terjaga sebelum malam dan pagi, Anda bisa mendengarkan musik eksperimental, film dan kegiatan teater di festival Vivid Sydney yang diselenggarakan di Sydney Opera House dan berbagai lokasi lainnya sampai 21 Juni.

9. Tokyo, Jepang
Di Tokyo, Anda mungkin akan melihat hampir 37.000 fans banyak memakai baju biru dengan ikat kepala berlambang matahari merah. Saitama Super Arena akan menjadi tempat yang disediakan untuk menonton pasukan Samurai Biru ini bermain di putaran pertama pada sebuah layar besar.

Jepang versus Belanda pada 19 Juni, tampaknya akan menjadi pertandingan yang menguras energi karena akan penuh dengan teriakan. Atau Anda hanya terdiam melihat tim kesayangan Anda ditaklukkan.


sumber : http://jekethek.blogspot.com/2010/06/sembilan-kota-mewah-yang-cocok-rayakan.html


Sopir Taksi Di China Marah Dan Menghancurkan Sekitar 140 Taksi Ilegal

Posted by Admin | | Posted on 19.43

0

Dengan begitu banyak orang yang membawa taksi belakangan ini, tak heran bisnis taksi di Cina begitu kompetitif, tapi pemerintah akhirnya melakukan sesuatu tentang taksi yang tak berizin yang merusak perusahaan yang sah.


Untuk menampilkan mereka ke dunia berkomitmen untuk tidak naik taksi taksi ilegal di Cina, pihak berwenang di Chengdu telah mengundang 50 pengemudi taksi untuk menghancurkan 140 taksi ilegal, yang disita oleh polisi. Bersenjatakan jeruji besi, supir taksi melepaskan semua kemarahan dan frustrasi pada saingan ilegal mereka, sampai mereka puas.


Sebanyak 140 taksi hancur, 73 taksi hancur lebur, dan 67 lainnya adalah pengemudi kendaraan ilegal yang gagal membayar denda mereka, pada waktunya.



Sebagian besar taksi taksi ilegal di Cina disatukan dari bagian besi tua, dan dibuat menjadi merek baru. biasanya bagian taksi seperti ban sering mengakibatkan kecelakaan parah, dan taksi-taksi itu sangat sulit untuk ditangkap.

10 Stadion Termahal di Dunia Saat Ini !

Posted by Admin | | Posted on 19.43

0


Inilah Sepuluh Stadion Termahal di Dunia :


1. Stadion Wembley
Lokasi : London,Inggris
Biaya : $ 1,5 billion / 13,65 triliun ( asumsi $1 = Rp.9.100 )
Pembukaan : tahun 2006
Kapasitas : 90.000
Keterangan : Stadion Timnas Inggris



2. Stadion Olympic
Lokasi : Montreal,Kanada
Biaya : $ 1,4 billion / Rp.12,74 triliun
Kapasitas :60.000
Pembukaan : tahun 1976
Keterangan : digunakan dalam olimpiade 1976 sebagai tempat pertandingan cabang olahraga baseball dan football


3. Stadion Madison Square Garden
Lokasi : New York,USA
Biaya : $ 1,1 billion / Rp. 10,01 triliun
Kapasitas : 18.200
Pembukaan : 1968
Keterangan : sebagai tempat pertandingan bola basket,hockey dan konser-konser musik


4. Stadion Stade de France
Lokasi : Paris ,Perancis
Biaya ; $974 million / Rp. 8,863 triliun
Kapasitas ; 80.000
Dibuka : 1998
Keterangan : sebagai stadion sepakbola,rugby dan konser musik.Dipergunakan pada waktu Perancis mengalahkan Brasil 3-0 di final Worldcup 1998


5. Stadion Rogers Centre
Lokasi : Toronto,Kanada
Biaya : $ 930 million / Rp. 8,463 triliun
Kapasitas : 50.000
Dibuka : 1989
Keterangan : tempat pertandingan football,baseball.Homebase klub Toronto Blue Jays


6. Stadion The Emirates
Lokasi : London,Inggris
Biaya : $ 770 million / Rp. 7,007 triliun
Kapasitas : 60.000
Dibuka : 2006
Keterangan : sebagai tempat pertandingan sepakbola dan konser.Merupakan kandang tim Premier League Arsenal


7. Stadion Soldier Field
Lokasi : Chicago,USA
Biaya : $ 714 million / Rp. 6,497 triliun
Kapasitas : 66.000
Dibuka : 1923
Keterangan : sebagai tempat pertandingan football.Direnovasi pada tahun 2003



8. Stadion Safeco Field
Lokasi : Seattle, USA
Biaya : $ 656 million / Rp. 5,969 triliun
Kapasitas : 46.000
Dibuka : tahun 1999
Keterangan : merupakan stadion baseball,kandang tim Seattle Mariners.


9. Stadion Lucas Oil
Lokasi : Indianapolis,USA
Biaya : $ 675 million / Rp. 6,1425 triliun
Kapasitas : 63.000
Dibuka : 2008
Keterangan : stadion fottball amerika,rencananya akan digunakan sebagai tempat pertandingan Super Bowl 2012


10. Stadion ANZ
Lokasi : Sydney,Australia
Biaya : $ 624 million /Rp. 5,678 triliun
Kapasitas : 83.500
Dibuka : tahun 2000
keterangan : dibangun untuk menyambut olimpiade Sydney 2000


sumber : http://jekethek.blogspot.com/2010/06/10-stadion-termahal-di-dunia-saat-ini.html